SANGMULLAH KUMPULAN KISAH BIJAK JENAKA NASRUDIN HOJA Astrid Savitri Ukuran : 14 x 20 cm 188 halaman ISBN : -6 Harga : Rp55.000 Penerbit Genesis. Sepanjang sejarah dunia, ada banyak tokoh yang dikisahkan sebagai tukang bercanda. Tokoh ini biasanya pintar-pintar bodoh, usil, atau sarkastis namun sangat legendaris. Terusmenerus, dibaliknya setiap halaman sampai ke halaman akhir. Setelah itu si keledai menatap Nasrudin. "Demikianlah," kata Nasrudin, "Keledaiku sudah bisa membaca.". Timur Lenk mulai menginterogasi, "Bagaimana caramu mengajari dia membaca ?". Nasrudin berkisah, "Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip Tapipada kelima sisi makam yang lain, justru sama sekali tidak diberi pagar, seolah boleh dimasuki bahkan oleh keledai sekalipun. Di pemakamannya pun orang masih disuguhkan rasa humor, khas sang penghuni makam, Mullah Nasruddin Hoja.* *Ady Amar, penikmat dan pemerhati buku, tinggal di Surabaya. Baca juga Nasruddinatau Nasreddin (Turki: Nasreddin Hoca, Turki Ottoman:نصر الدين خوجه, Persia:خوجه نصرالدین, Pashtun:ملا نصرالدین}}, Arab: نصرالدین جحا‎, ALA-LC: Naṣraddīn Juḥā, Urdu:ملا نصرالدین, Uzbek:Nosiriddin Xo'ja, Nasreddīn Hodja, Bosnia: Nasrudin Hodža) adalah seorang sufi satirikal dari Dinasti Seljuk, dipercaya hidup dan Bagiyang suka akan cerita-cerita humor namun bijak dari Nasrudin Hoja silahkan Baca kalau anda mengerti berarti anda cukup pintar untuk tertawa, maka jika anda merasa kurang lucu tertawalah walau terpaksa biar ga dibilang tulalit, hehehe Mukadimah Nasrudin adalah seorang sufi yang hidup di kawasan sekitar Turki pada abad-abad kekhalifahan Islam hingga penaklukan Bangsa Mongol. tabel angsuran gadai bpkb motor di pegadaian. Homi ki é homi ka ta manda papagaio, ayoHomi ki é homi ka ta manda papagaioHomi ki é homi ka ta manda papagaio, ayoHomi ki é homi ka ta manda papagaioN'avisau, n'ripitiu, n'torna flauKo porta mal, kelá pa mi ka ta daTínhamos tudo para dar certo, ululuNão sabes como eu sofriN'staba mal, ma dja aceta, eitaPronta pa torna começaMama avisaba, mi mama dja flabaNha fidju, homi si ka bali nadaPa mi bu ta matabaHoji foi bo ki matam, yaMa n'ka ta desejau mal nauKelá foi Dios ki libram, ayaPa mi bu ta matabaHoji foi bo ki matam, yaMa n'ka ta desejau mal nauKelá foi só Dios ki libramBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka é nha alma gêmeaBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka é nha alma gêmeaMás un bês bu fla ma ami eraBu amiga, bu amor, bu amantiEt c'est pas vraiEt c'est pas vraiÉ ka un, é dôs, trêsBu fadja, bu mintiBu fazem di dodu, bu jura pa tudu, aiéProblema ki, pa bo, kelá é normalPa mi bu ta matabaHoji foi bo ki matam, yaMa n'ka ta desejau mal nauKelá foi só Dios ki libramBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka é nha alma gêmeaBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka é nha alma gêmeaAfinal, o papi é mentirosoAfinal, o papi perdeu tudoAfinal, o papi manipulouManipulou manipulouAfinal, o papi é mentirosoAfinal, o papi perdeu tudoAfinal, o papi manipulouManipulou manipulouBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka é nha alma gêmeaBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka é nha alma gêmeaAh, ah, n'ten dorAh, n'ten dorAh, ah, j'ai mal Oleh Uttiek M Panji Astuti, Penulis dan TravelerSaya sering menuliskan tentang dongeng pengantar tidur yang diceritakan Papi pada saya dan adik-adik sewaktu kecil dulu. Favorit saya adalah perjuangan Shalahuddin Al Ayyubi saat membebaskan Al lain yang menarik adalah kecerdikan Abu Nawas dan bijaksananya Raja Harun Al-Rasyid. Saya selalu tertawa terpingkal-pingkal dengan ulahnya. Sampai sekarang pun saya masih bisa mengingat selesai bercerita tentang Abu Nawas, Papi menutupnya dengan menyanyikan syair I’tiraf. Saking menancapkan syair itu, tiap kali mendengarnya, saya selalu terlempar ke momen masa kecil dulu. Kenangan dongeng pengantar tidur itu terbawa sampai dewasa. Bahkan syair itu yang saya pilih saat melangkah ke pelaminan dengan asli Abu Nawas adalah Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami. Ia lahir pada 145 H 747 M di kota Ahvaz yang sekarang berada di yang bernama Hani Al-Hakam, seorang legiun militer Marwan II. Ibunya bernama Jalban. Sejak kecil Abu Nawas sudah yatim. Ia dibawa ibunya ke Bashrah untuk menuntut ulama tercatat menjadi gurunya. Di antaranya Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah, pada keduanya ia belajar sastra belajar Alqur’an pada Ya'qub Al-Hadrami. Belajar hadist pada Abu Walid bin Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said Al-Qattan, dan Azhar bin Sa'ad heran, sekalipun disampaikan dengan gaya humor sufi, namun perkataan dan syairnya penuh menulis puisi menarik perhatian Khalifah Harun Al-Rasyid. Melalui musikus istana, Ishaq Al-Wawsuli, Abu Nawas dipanggil untuk menjadi penyair istana Sya'irul Bilad. Syair dan puisi Abu Nawas dikumpulkan dalam “Diwan Abu Nawas”. Saking masyhurnya, kitab ini diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan diterbitkan di berbagai negara. Seperti Wina, Austria 1885, Kairo, Mesir 1860, Beirut, Lebanon 1884, India 1894.Manuskripnya saat ini masih tersimpan di perpustakaan Berlin, Wina, Leiden, dan bisa menuturkan semua hal melalui humor satire. Bahkan tentang kematian sekalipun. Konon, sebelum meninggal ia minta keluarganya mengkafaninya dengan kain bekas yang kelak jika Malaikat Munkar dan Nakir datang ke kuburnya, Abu Nawas dapat mengatakan. "Tuhan, kedua malaikat itu tidak melihat kain kafan saya yang sudah compang-camping dan lapuk ini. Itu artinya saya penghuni kubur yang sudah lama."Orang-orang dengan mata batin yang terasah dan mampu menyampaikan hikmah melalui humor, tak hanya Abu Asia Tengah ada sosok yang bernama Nasreddin Hoja atau Nasarudin Hoja dalam pelafalan orang Indonesia. Tak kalah terkenalnya dengan Abu bijak ini lahir di Konya, Turki. Namun semasa hidupnya berkelana hingga ke Samarkand dan sempat berjumpa dengan Amir catatan para sufi disebutkan beberapa dialog Nasarudin dengan Amir Temur. Kecerdikannya mampu menundukkan hati Sang Amir, hingga ia diangkat menjadi Hoja dikenal sebagai sufi bijak yang cerdas dalam membuat lelucon, serta mengajarkan ilmu hikmah dalam memaknai satu yang terkenal adalah kebiasaanya mengendarai keledai dengan menghadap ke belakang dan cerita tentang ia dan anaknya yang menggendong keledai ke lagi yang tak kalah terkenal. Kalau di Indonesia, entah mengapa kata bahlul dilekatkan dengan kata bodoh. Padahal dalam bahasa Arab tidak dikenal kata sejatinya adalah nama orang sederhana yang bijak. Semacam Kabayan kalau dalam karakter cerita lokal. Ia menyampaikan nasihat dengan gaya humor ala Abu Nawas, namun sarat menyampaikan kebenaran melalui humor adalah salah satu bentuk kecerdasan. Tidak semua orang bisa melakukannya. Sayangnya, yang sekarang banyak disaksikan adalah para pemimpin yang terlihat lucu, padahal tidak bermaksud tetiba saya teringat syair indah ini. Ilahi lastu lil firdausi ahla, wa la aqwa 'ala naril jahimi, wa habli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghofirudz dzambil 'adhimi… Faiz Romzi Ahmad Sastra Thursday, 22 Apr 2021, 0832 WIB Konon Nasrudin Hoja hidup di tahun 1300-an, di masa emas dinasti Saljuk. Ia adalah seorang sufi yang berasal dari desa Hortu, Turki. Namun layaknya kisah dongeng atau cerita rakyat, sumbernya memang tidak pernah jelas. Tapi, hingga sampai saat ini penduduk desa Hortu selalu merayakan festival Nasrudin Hoja antara 5 dan 10 Juli. Kita mengenal Abu Nawas, Syekh Bahlul atau bahkan Kabayan sebagai tokoh yang mahsyur di ingatan masyarakat kita karena kenjenakaannya. Nasrudin Hoja adalah tokoh popular dalam sejumlah besar kisah jenaka di seluruh dunia, terutama di Negara Negara Timur Tengah dan sekitarnya. Karakter tokoh ini unik, sebab seringkali berbalikan dengan karakter seorang sufi atau filsuf pada umumnya. Nasrudin Hoja acapkali dikisahkan sebagai orang yang kadang kadang bijaksana, kadang kadang bodoh dan kadang kadang keduanya. Ia cenderung tak logis, namun bernalar, rasional namun tak cocok akal, aneh namun normal, juga berpikiran dangkal namun sangat bijaksana sekaligus. ** Alkisah, orang orang di tempat Nasrudin tinggal suka sekali nongkrong sambil mengeluhkan kehidupannya. Mereka biasanya berkumpul di sebuah kedai kopi, lalu bergantian menceritakan hal hal buruk yang pernah menimpa di kehidupan mereka. Ada yang mengeluh kakinya sakit dan sulit sembuh, ada yang kesal karena harus memperbaiki atap rumahnya yang bocol, ada pula yang berulang ulang menceritakan kegagalannya. Suatu hari Nasrudin masuk ke warung kopi tersebut. Ia menceritakan sebuah lelucon, dan semua yang ada di sana tertawa lepas hingga berderai air mata. Beberapa menit kemudian, Nasrudin berdiri dan menceritakan kembali lelucon yang sama. Kali ini hanya beberapa orang yang tertawa, itupun tak keras. Tak lama kemudian, Nasrudin kembali berdiri dan menceritakan lelucon yang sama persis, dan tak ada seorang pun yang tertawa. Satu pria di kedai kopi itu bertanya dengan agak sedikit kesal, Hai Nasrudin. Mengapa engkau menceritakan lelucon yang sama berulang ulang? Bukankah itu membuat kami tak senang? Nasrudin tersenyum, lantas berkata, Jika kalian tak bisa tertawa pada lelucon yang diceritakan berulang kali, lantas mengapa kalian selalu mengeluhkan masalah masalah yang sama berulang ulang." *Disarikan dari Buku Sang Mullah, Kumpulan Kisah Bijak Jenaka Nasrudin Hoja nasrudinhoja jenaka humor sufi Disclaimer Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku UU Pers, UU ITE, dan KUHP. Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel. Berita Terkait Terpopuler di Sastra Terpopuler Tulisan Terpilih BKBN Bu Ka Bali Nada Homi ki é homi ka ta manda papagaio, ayoHomi ki é homi ka ta manda papagaioHomi ki é homi ka ta manda papagaio, ayoHomi ki é homi ka ta manda papagaioN'avisau, n'ripitiu, n'torna flauKo porta mal, kelá pa mi ka ta daTínhamos tudo para dar certo, ululuNão sabes como eu sofriN'staba mal, ma dja aceta, eitaPronta pa torna começaMama avisaba, mi mama dja flabaNha fidju, homi si ka bali nadaPa mi bu ta matabaHoji foi bo ki matam, yaMa n'ka ta desejau mal nauKelá foi Dios ki libram, ayaPa mi bu ta matabaHoji foi bo ki matam, yaMa n'ka ta desejau mal nauKelá foi só Dios ki libramBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka é nha alma gêmeaBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka é nha alma gêmeaMás un bês bu fla ma ami eraBu amiga, bu amor, bu amantiEt c'est pas vraiEt c'est pas vraiÉ ka un, é dôs, trêsBu fadja, bu mintiBu fazem di dodu, bu jura pa tudu, aiéProblema ki, pa bo, kelá é normalPa mi bu ta matabaHoji foi bo ki matam, yaMa n'ka ta desejau mal nauKelá foi só Dios ki libramBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka é nha alma gêmeaBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka é nha alma gêmeaAfinal, o papi é mentirosoAfinal, o papi perdeu tudoAfinal, o papi manipulouManipulou manipulouAfinal, o papi é mentirosoAfinal, o papi perdeu tudoAfinal, o papi manipulouManipulou manipulouBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka é nha alma gêmeaBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka é nha alma gêmeaAh, ah, n'ten dorAh, n'ten dorAh, ah, j'ai mal VNVN Você Não Vale Nada Homem que é homem, não fica de conversa fiada, eiHomem que é homem, não fica de conversa fiadaHomem que é homem, não fica de conversa fiada, eiHomem que é homem, não fica de conversa fiadaTe avisei, repeti e te falei de novoPra parar de se comportar mal, que pra mim já chegaTínhamos tudo para dar certo, realVocê não como eu sofriEstava mal, mas já aceitei, eitaPronta pra começar de novoMinha mãe avisava, minha mãe sempre falavaMinha filha, homem assim não vale nadaVocê matava por mimHoje foi você que acabou me matando, éMas não te desejo nenhum malIsso foi Deus que me livrou, ahVocê matava por mimHoje foi você que acabou me matando, éMas não te desejo nenhum malIsso foi Deus que me livrou, ahVocê não vale nadaNão, você não vale a penaHoje tenho certezaQue você não é minha alma gêmeaVocê não vale nadaNão, você não vale a penaHoje tenho certezaQue você não é minha alma gêmeaMais uma vez, que você me fala que era sóSua amiga, seu amor, sua amanteE isso não é verdadeIsso não é verdadeNão foi uma vez, mas duas, trêsVocê vacilou, você mentiuVocê me fez ser a doida, você jurou por tudo, éO problema é que pra você isso é normalVocê matava por mimHoje foi você que acabou me matando, éMas não te desejo nenhum malIsso foi Deus que me livrouVocê não vale nadaNão, você não vale a penaHoje tenho certezaQue você não é minha alma gêmeaVocê não vale nadaNão, você não vale a penaHoje tenho certezaQue você não é minha alma gêmeaNo fim, o cara é mentirosoNo fim, o cara perdeu tudoNo fim, o cara manipulouManipulou manipulouNo fim, o cara é mentirosoNo fim, o cara perdeu tudoNo fim, o cara manipulouManipulou manipulouVocê não vale nadaNão, você não vale a penaHoje tenho certezaQue você não é minha alma gêmeaVocê não vale nadaNão, você não vale a penaHoje tenho certezaQue você não é minha alma gêmeaAh, ah, isso me dóiAh, isso me dóiAh, ah, isso me faz mal

kata bijak nasrudin hoja